Bahempas
Butuh
nyali yang besar dan fisik yang kuat bagi pemuda setempat untuk bermain
Bahempas. Permainan adat asli Kalimantan Timur ini membutuhkan tongkat dan
tameng anyaman yang terbuat dari rotan untuk masing-masing pemainnya. Permainan
olah raga Bahempas dilakukan oleh dua orang lelaki yang saling berhadapan
lengkap dengan atributnya. Permainan akan berlangsung selama dua menit dan saat
permainan dimulai, mereka akan saling memukul lawan. Ketangkasan mengayunkan
dan menangkis pukulan menjadi bekal utama bagi pemainnya. Ada
bagian-bagian yang harus dilindungi saat permainan ini berlangsung, yaitu
lengan dan kepala. Lengan akan dibungkus dengan sarung, sedangkan kepala akan
diikatkan dengan kain. Namun pemainnya sendiri harus bertelanjang dada. Pemain
yang paling banyak mendaratkan pukulan pada tubuh lawan akan menjadi
pemenangnya. Bukan
tanpa sejarah permanan adat ini tercipta. Awalnya, leluhur Dayak Tunjung Benuaq
memiliki tradisi mengayau, yakni mencari dan memenggal kepala manusia. Namun
semenjak tahun 1800-an, ketika ajaran agama Kristen masuk ke pedalaman
Kalimantan, termasuk di Dusun Kuntap, tradisi mengayau berangsur-angsur hilang. Kini,
Bahempas sendiri menjadi simbol dari tradisi mengayau. Permainan yang memiliki
unsur olahraga ini menggambarkan kegiatan latihan para pemuda Dayak sebelum
pergi mengayau.
Ukau
Ukau adalah
permainan menggunakan batu kerikil kecil yang berjumlah 5 buah. Permainan ini
dapat dimainkan oleh beberapa orang sekaligus. Tidak ada aturan yang membatasi
permainan ini. Permainan diawali dengan melempar secara pelan 5 batu tersebut
ke lantai atau tanah. Ambil salah satu batu kemudian lempar ke atas dan secara
bersamaan ambil 1 batu yang tergeletak di bawah. Lakukan hingga batu yang di
bawah habis. Langkah selanjutnya tidak berbeda, hanya batu yang diambil
berjumlah sekaligus 2 buah, kemudian dilanjutkan 3. Selanjutnya, jika ingin
mengambil 4 batu sekaligus karena 1 batu menjadi lemparan, 4 batu tersebut
harus ditelungkupkan menjadi 1 bersamaan dengan melempar satu batu yang telah
dipilih. Jadi, awalnya 5 batu tersebut berada di telapak tangan, kemudian
lempar ke atas salah satu batu pelempar dan telungkupkan 4 batu ke tanah dan
segeralah menangkap batu yang dilempar tadi. Langkah permainan yang selanjutnya
adalah 5 batu tersebut dilempar ke atas dan ditangkap menggunakan punggung
tangan. Jika sudah ada di punggung tangan, lempar lagi batu tersebut dan
tangkap menggunakan telapak tangan menghadap ke depan, bukan menunggu jatuh
ketika telapak tangan terbuka ke atas. Pemain akan dianggap mati atau gagal
jika tidak bisa menangkap batu pada masing-masing tahap permainan kecuali tahap
penangkapan dengan punggung tangan. Jika salah satu pemain gagal, maka itu
waktunya pemain lain menjalankan permainan. Begitu seterusnya hingga seluruh
pemain menyelesaikan permainan ini. Ukau dimainkan oleh suku Dayak Kenyah di
desa Rukun Damai
Beyang
Beyang
dalam bahasa Indonesia diartikan gasing. Permainan ini dilakukan oleh anak-anak
dari balita hingga SMP baik laki-laki maupun perempuan. Beyang terbuat dari
kayu, yang dibentuk seperti bawang tetapi memiliki pangkal yang digunakan untuk
mengikat tali beyang. Beyang harus dibentuk simetris agar dapat berputar lama
dan bagus. Ukuran beyang macam-macam, ada beyang yang kecil dengan tinggi 8cm,
ada juga beyang yang besar dengan tinggi mencapai 20cm dan lebar 10cm. Beyang
dapat dibuat melingkar seluruhnya dengan pangkal dibawah dan ujung yang lancip.
Namun, ada juga beyang yang badannya dibuat agak pipih atau gepeng, dengan pangkal
dan ujung yang lancip. Beyang diputarkan dengan cara melilitkan tali pada
pangkal beyang yang memang dibuat untuk melilitkan tali. Panjang tali beyang
biasanya sepanjang lilitan hingga setengah tinggi beyang. Tali beyang mempunyai
ujung yang kecil hingga setengah panjang tali, kemudian talinya semakin ke
pangkal semakin besar. Ketika tali sudah dililitkan, sisakan sedikit tali
beyang agar dapat kita pegang untuk memutarkannya. Beyang diputar dengan cara
dilempar ke tanah sambil menarik tali beyang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar