Blogger templates

Pages

Selasa, 19 November 2013

permainan tradisional suku dayak

Bahempas
Butuh nyali yang besar dan fisik yang kuat bagi pemuda setempat untuk bermain Bahempas. Permainan adat asli Kalimantan Timur ini membutuhkan tongkat dan tameng anyaman yang terbuat dari rotan untuk masing-masing pemainnya. Permainan olah raga Bahempas dilakukan oleh dua orang lelaki yang saling berhadapan lengkap dengan atributnya. Permainan akan berlangsung selama dua menit dan saat permainan dimulai, mereka akan saling memukul lawan. Ketangkasan mengayunkan dan menangkis pukulan menjadi bekal utama bagi pemainnya. Ada bagian-bagian yang harus dilindungi saat permainan ini berlangsung, yaitu lengan dan kepala. Lengan akan dibungkus dengan sarung, sedangkan kepala akan diikatkan dengan kain. Namun pemainnya sendiri harus bertelanjang dada. Pemain yang paling banyak mendaratkan pukulan pada tubuh lawan akan menjadi pemenangnya. Bukan tanpa sejarah permanan adat ini tercipta. Awalnya, leluhur Dayak Tunjung Benuaq memiliki tradisi mengayau, yakni mencari dan memenggal kepala manusia. Namun semenjak tahun 1800-an, ketika ajaran agama Kristen masuk ke pedalaman Kalimantan, termasuk di Dusun Kuntap, tradisi mengayau berangsur-angsur hilang. Kini, Bahempas sendiri menjadi simbol dari tradisi mengayau. Permainan yang memiliki unsur olahraga ini menggambarkan kegiatan latihan para pemuda Dayak sebelum pergi mengayau.

Ukau
Ukau adalah permainan menggunakan batu kerikil kecil yang berjumlah 5 buah. Permainan ini dapat dimainkan oleh beberapa orang sekaligus. Tidak ada aturan yang membatasi permainan ini. Permainan diawali dengan melempar secara pelan 5 batu tersebut ke lantai atau tanah. Ambil salah satu batu kemudian lempar ke atas dan secara bersamaan ambil 1 batu yang tergeletak di bawah. Lakukan hingga batu yang di bawah habis. Langkah selanjutnya tidak berbeda, hanya batu yang diambil berjumlah sekaligus 2 buah, kemudian dilanjutkan 3. Selanjutnya, jika ingin mengambil 4 batu sekaligus karena 1 batu menjadi lemparan, 4 batu tersebut harus ditelungkupkan menjadi 1 bersamaan dengan melempar satu batu yang telah dipilih. Jadi, awalnya 5 batu tersebut berada di telapak tangan, kemudian lempar ke atas salah satu batu pelempar dan telungkupkan 4 batu ke tanah dan segeralah menangkap batu yang dilempar tadi. Langkah permainan yang selanjutnya adalah 5 batu tersebut dilempar ke atas dan ditangkap menggunakan punggung tangan. Jika sudah ada di punggung tangan, lempar lagi batu tersebut dan tangkap menggunakan telapak tangan menghadap ke depan, bukan menunggu jatuh ketika telapak tangan terbuka ke atas. Pemain akan dianggap mati atau gagal jika tidak bisa menangkap batu pada masing-masing tahap permainan kecuali tahap penangkapan dengan punggung tangan. Jika salah satu pemain gagal, maka itu waktunya pemain lain menjalankan permainan. Begitu seterusnya hingga seluruh pemain menyelesaikan permainan ini. Ukau dimainkan oleh suku Dayak Kenyah di desa Rukun Damai

Beyang
Beyang dalam bahasa Indonesia diartikan gasing. Permainan ini dilakukan oleh anak-anak dari balita hingga SMP baik laki-laki maupun perempuan. Beyang terbuat dari kayu, yang dibentuk seperti bawang tetapi memiliki pangkal yang digunakan untuk mengikat tali beyang. Beyang harus dibentuk simetris agar dapat berputar lama dan bagus. Ukuran beyang macam-macam, ada beyang yang kecil dengan tinggi 8cm, ada juga beyang yang besar dengan tinggi mencapai 20cm dan lebar 10cm. Beyang dapat dibuat melingkar seluruhnya dengan pangkal dibawah dan ujung yang lancip. Namun, ada juga beyang yang badannya dibuat agak pipih atau gepeng, dengan pangkal dan ujung yang lancip. Beyang diputarkan dengan cara melilitkan tali pada pangkal beyang yang memang dibuat untuk melilitkan tali. Panjang tali beyang biasanya sepanjang lilitan hingga setengah tinggi beyang. Tali beyang mempunyai ujung yang kecil hingga setengah panjang tali, kemudian talinya semakin ke pangkal semakin besar. Ketika tali sudah dililitkan, sisakan sedikit tali beyang agar dapat kita pegang untuk memutarkannya. Beyang diputar dengan cara dilempar ke tanah sambil menarik tali beyang.

Permainan Beyang yang saya temukan di kampung Tiong Ohang kecamatan Long Apari dimainkan oleh beberapa anak SD di lapangan voli. Mereka saling mengadu beyang masing-masing. Awalnya, semua pemain harus memutarkan beyang mereka secara bersamaan, kemudian dilihat beyang milik pemain mana yang berputarnya paling lama. Tahap permainan berikutnya ditentukan oleh urutan beyang yang paling cepat berhenti. Pemain tersebut akan memutarkan beyang miliknya kemudian beyang tersebut akan ditimpa oleh beyang pemain berikutnya yang berhenti setelah pemain pertama. Jika tidak terkena, maka pemain berikutnya yang akan melempar beyang milik pemain pertama sesuai urutan berhentinya beyang pada awal permainan. Tahap pelemparan beyang pemain satu ke pemain yang lain disebut nyuk. Jadi, pemain 2 nyuk ke pemain 1, pemain 3 nyuk ke pemain 2 dan seterusnya. Pemain yang beyangnya berputar paling lama akan mendapat giliran nyuk terakhir dan dirinya mendapatkan nyuk dari pemain pertama. Permainan berhenti sesuai dengan keinginan pemain, tidak ada batas akhir permainan. Beyang dimainkan oleh suku Dayak Penihing, Suku Kayan dan Dayak Kenyah-Uma Tukung

Tidak ada komentar:

Posting Komentar